Jumat, 17 Oktober 2014

17:12

“Rapat-rapat kusimpan kesedihan.

Diam-diam aku menangis di kesendirian.

Sempat-sempat kau menertawakan perjuangan.

Ragu-ragu kau pada sebuah tangisan.

Lemah-lemah aku berjuang berteman kepiluan.

Pecah-pecah tangisku tak ingin pagi datang duluan.

Kelam-kelam kulihat masa depan.

Pelan-pelan kuangkat kaki dari keterpurukan.

Ramai-ramai jiwamu menawarkan kembali senyuman.


Berhenti, sayang;

Remah-remah waktu terlanjur mengajariku keikhlasan.

Berjingkat-jingkat aku pergi dan merajut kembali masa depan.”

17:10

“Sejak kau tanamkan kebencian.

Sengaja

Atau tidak.

Mengapa kini engkau rajin menebar kebaikan? 


Sejak kau sematkan kesedihan.

Sengaja 

Atau tidak.

Mengapa kini engkau memelukku dan menawarkan sejumput kebahagiaan?


Pernahkah kamu belajar pada waktu?

Saat dia dikhianati sebuah tunggu,

Dan saat dihadiahi sebuah temu,

Dia mampu bersyukur, 

meski kadang terpaku pada detik yang berdetak?”

17:08

“Senja ini diselimuti pekat. 

Bukan tentang cuaca, namun perihal cinta tak bernama.

Matahari menutup muka, tak ingin bertatap dengan sebulir air di pelupuk mata.

Tak ada yang salah dengan keterpurukanmu, keterepurukanku, keterpurukan kita.

Namun kita hanya sering lupa, bahwa Tuhan sedang memantaskan kita.

Terkadang kita hanya tak jeli menangkap tanda.

Bahwa sesungguhnya kita beda, dan jauh dari kemungkinan bersama.


Kerap kali ketika aku terjatuh, engkau lupa memapahku.

Kerap kali ketika aku terseok lemah, engkau lupa mengangkatku.

Dan saat aku menemukan cahaya baru, mengapa engkau datang dan memaksa; bahwa kamulah yang pantas untukku?


Peluklah hujan, agar kamu tak lagi kedinginan. 

Dekaplah matahari, agar kamu tak lagi terlalu hangat.

Atau nikmatilah senja, sambil mengingat kita,

agar kamu belajar,

bahwa cinta tak selalu tentang sebuah ikatan;

namun keikhlasan.”

Selasa, 16 September 2014

Troye Sivan - The Fault in Our Stars



[Verse 1:]
The weight
Of a simple human emotion
Weighs me down
More than the tank ever did

The pain
It's determined and demanding
To ache, but I'm okay...

[Chorus:]
And I don't want to let this go
I don't want to lose control
I just want to see the stars with you

And I don't want to say goodbye
Someone tell me why
I just want to see the stars with you

[Verse 2:]
You lost, a part of your existence
In the war, against yourself
Oh, the lights,
They light up in lights of sadness
Telling you, it's time to go

[Chorus:]
And I don't want to let this go
I don't want to lose control
I just want to see the stars with you

And I don't want to say goodbye
Someone tell me why
I just want to see the stars with you

[Bridge x3:]
Don't give it up just yet stay grand
For one more minute, don't give it up just yet
Stay grand

[Chorus:]
(I don't want to let) And I don't want to let this go
(I don't want to lose) I don't want to lose control
(And I just want to see) I just want to see the stars (the stars with you) with you

And I don't want to say (don't want to say) goodbye
Someone tell me why (tell me why)
I just want to see the stars (the stars with you) with you

With you

Kamis, 21 Agustus 2014

Central Jakarta - 11:22 pm, August 21st 2014

Saya tau dan masih belum dewasa untuk menerima.

Bahwasanya sebelum dengan saya, kamu pernah mempertahankan mati-matian suatu hubungan.

Saya tau dan masih belum dewasa untuk menerima.

Bahwasanya sebelum tatapan mata ini, ada mata lain yang mampu membuatmu luluh.

Saya tau dan masih belum dewasa untuk menerima.

Bahwasanya sebelum gelak tawaku, ada gelak tawa lain yang mampu membuatmu tak ingin pagi datang dan berharap malam lebih panjang.

Saya tau dan masih belum dewasa untuk menerima.

Bahwasanya sebelum melihat saya, kamu pernah malu dalam dalam saat melihat sosok yang begitu kamu sayang.

Saya tau dan masih belum dewasa untuk menerima.

Bahwasanya sebelum tubuhku ini, ada tubuh lain yang ada di depanmu untuk kamu peluk.

Saya tau dan masih belum dewasa untuk menerima.

Bahwasanya saya bukan yang pertama, dan ada sosok lain yang begitu membuatmu bahagia dulu. Dan hingga kini (mungkin?)


Saya tau dan berharap kamu tau.

Bahwasanya meskipun saya bukan yang pertama, tapi saya ingin menjadi yang terbaik, dan tak terganti.

Entah angin akan menuntun kita kemana. Nanti.

Senin, 11 Agustus 2014

Tren Jilboo*s ?

Jambi 12 August 2014
11:28 am

Anyway akhirnya tangan saya gatal untuk memposting hal ini.
Sebenarnya kalau membicarakan masalah agama, saya masih sangat 'kecil' sekali.
Akhir-akhir ini tren julukan jilboo*s atau jilboo*ers lagi hits-hitsnya.
Entah mengapa saya pribadi merasa sangat risih membaca hal ini. Yah karena pada dasarnya memang manusia seperti itu, terlalu mudah untuk mengomentari tanpa memberi solusi.
Kembali kepada ajaran memakai jilbab, dimana dalam Islam hal ini wajib bagi perempuan. Memutuskan untuk menutup aurat-pun merupakan sesuatu yang harus benar-benar dipertanggungjawabkan. Segala hal yang sempurna kadang memang lebih dituntut kepada seseorang yang memutuskan berhijab. Dari segi bersikap, berbicara, bertindak, bahkan berpakaian.

Tapi entah kenapa saya merasa sangat risih dengan kalimat "buka saja jilbabnya daripada begitu..." "untuk apa pakai jilbab jika seperti itu? buka aja lah.." and anything else. But first, yang berkomentar seperti itu mungkin belum tau bagaimana sulitnya 'bertanggung jawab' terhadap jilbab itu sendiri. Jilbab itu bukan sebuah aksesoris yang dengan gampangnya bisa dibuka-dipakai-dibuka-dipakai. Second, orang yang berkomentar seperti itu, mungkin kurang bisa menghargai keputusan seseorang ketika memutuskan untuk memakai jilbab. Belajar untuk menutup aurat itu hal yang sulit, loh :)
Third, jilbab yang benar dalam Islam adalah jilbab syar'i dimana menutupi seluruh bagian dada. Saya pribadi-pun masih jauh dari konteks tersebut. Karena tidak ada yang instan toh di dunia ini? Segalanya harus dimulai dari 0 dan dipelajari. Begitupun dalam hal menutup aurat. Memutuskan untuk menutup aurat meskipun masih belum syar'i itu menurut saya merupakan sesuatu yang harus diapresiasi.

Mengenai julukan "jilboo*s atau jilboo*ers" hal tersebut sangat 'mengganggu'. Bukankah ada cara lain untuk menegur mereka? Salah satunya melalui pendekatan, dan saling share mengenai cara berpakaian yang baik dalam berhijab. Bukannya memberikan julukan yang tidak pantas seperti itu. And last but not least, yang salah itu bukan jilbab nya, tapi individu yang masih belum memahami dengan baik dan benar. So please don't judge if you can't appreciate :) !

Jumat, 11 Juli 2014

04:04 pm - South Tangerang

Bagian tersakit dari sendiri adalah kesepian.

Mungkin dengan yakinnya terselip keyakinan bahwa sendiri itu nyaman, sendiri itu menyenangkan, setidaknya tidak ada yang terbebani.
Namun saat malam mengetuk jendela langit, seangkuh apapun mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, yang tersisa hanyalah kesepian.
Dimana bagian terpahitnya yaitu tidak didengar, dan terlupakan.

Tak ada yang lebih menyedihkan selain menikmati kesepian yang perlahan memudarkan bahagia.
Tak ada ada yang lebih rapuh dari sebuah hati yang patah, tak punya arah, berdarah dan hanya mampu berkeluh kesah pada kesepian yang marah.