“Rapat-rapat kusimpan kesedihan.
Diam-diam aku menangis di kesendirian.
Sempat-sempat kau menertawakan perjuangan.
Ragu-ragu kau pada sebuah tangisan.
Lemah-lemah aku berjuang berteman kepiluan.
Pecah-pecah tangisku tak ingin pagi datang duluan.
Kelam-kelam kulihat masa depan.
Pelan-pelan kuangkat kaki dari keterpurukan.
Ramai-ramai jiwamu menawarkan kembali senyuman.
Berhenti, sayang;
Remah-remah waktu terlanjur mengajariku keikhlasan.
Berjingkat-jingkat aku pergi dan merajut kembali masa depan.”